Selasa, 19 Oktober 2010

Open Tournament Sepak Bola Mini

Pertandingan Open Tournament Sepak Bola Mini yang dilaksanakan oleh Panitia HUT GMIM Komisi Pemuda Jemaat GMIM Sion Suluun sementara berlangsung. Sudah ada beberapa Tim/Klub yang bertanding, ada yang kalah dan juga ada yang menang.
Kompetisi ini akan memperebutkan hadiah :
Juara 1    Rp. 4.000.000 + Trophy Tetap + Trophy Bergilir
Juara 2    Rp. 3.000.000 + Trophy Tetap
Juara 3    Rp. 2.000.000 + Trophy Tetap
Juara 4    Rp. 1.000.000 + Trophy Tetap

Pemain terbaik Rp. 250.000 + Piagam Penghargaan
Top Skorer      Rp. 250.000 + Piagam Penghargaan

Kompetisi ini terbagi dalam 8 Grup dan ada 25 Klub yang ikut serta, baik yang ada di Suluun maupun dari luar Suluun.
Dalam Blog ini Panitia akan melampirkan Hasil Pertandingan dan juga Jadwal Pertandingan.

Minggu, 20 Juni 2010

Desa Suluun Tercinta

Desa Suluun saat ini sedang dalam masa-masa menuai berkat Tuhan, karena itu kita masyarakat haruslah menjaga keamanan dan kedamaian desa kita tercinta ini agar supaya dapat tercapai masyarakat yang tentram dan sadar hukum...

Senin, 26 April 2010

Panen Cengkih 2010

Tak lama lagi Panen Raya buah Cengkih di desa Suluun akan segera datang, para Petani sudah tidak sabar menunggu akan dimulainya musim pemetikan yang memang sudah didepan mata. Para petani Cengkih juga telah mempersiapkan semua barang dan peralatan yang akan dipakai nantinya mulai dari : tangga, tali, sarung tempat memetik buah cengkih, dan lain-lain yang akan dipakai para buruh dikebun. Di desa Suluun sendiri sudah ada beberapa orang yang memanen Cengkih milik sendiri. Pada saat panen Raya petani juga sangat mengharapkan harga yang baik, karena sangat menentukan nasib Petani dan juga buruh. Kalau melihat harga dilapangan saat ini, harga Cengkih ada dikisaran Rp. 45.000 - Rp. 50.000 per Kg, kalau harga ini akan bertahan maka petani akan sangat senang. semoga pemerintah juga memperhatikan akan harga Cengkih, kalau boleh pertahankan harga saat ini.

Senin, 19 April 2010

Sensus Penduduk Tahun 2010

Sensus Penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan, pengolahan, penyusunan, dan penerbitan data demografi, ekonomi dan sosial yang menyangkut semua penduduk/orang pada waktu tertentu disuatu wilayah atau suatu negara.
Sejak Indonesia merdeka, Sensus penduduk telah dilakukan sebanyak lima kali, yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan 2000. Sensus Penduduk tahun 2010 ini merupakan Sensus penduduk yang keenam.
Sensus Penduduk tahun 2010 atau yang lebih dikenal SP2010, sebentar lagi akan dilaksanakan. Kepada seluruh Petugas Pencacah Lapangan dimasing-masing Wilayah yang tersebar di Seluruh Indonesia yang telah mengikuti pelatihan siap-siaplah menjalankan tugas yang diberikan negara dan Pemerintah untuk melaksanakan pendataan Penduduk serta Rumah Tangga yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2010 s/d 31 Mei 2010 yang diawali dengan Tahapan Pelaksanaan Listing atau Tahapan Pendaftaran bangunan dan rumah tangga, penggambaran letak/posisi bangunan fisik pada peta WB (Blok Sensus) dan penempelan stiker pada bangunan fisik/bangunan sensus, dan Listing ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2010 s/d 7 Mei 2010. Setelah Listing maka pada tanggal 09 Mei 2010 s/d 31 Mei 2010 akan dilaksanakan Tahapan Pendataan Pencacahan Lengkap dengan mencacah seluruh Anggota rumah tangga yang tinggal dalam 1 rumah tangga.

Semua Penduduk Indonesia yang berlokasi di Blok Sensus yang menjadi wilayah kerja tanpa kecuali dihitung (dicatat) sekali dan hanya sekali.

Pastikan Anda dihitung ......

Selasa, 06 April 2010

Serba - Serbi Paskah 2010


Paskah Tahun 2010 kali ini lain dari biasanya, maksudnya bukan karena Paskah berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, tetapi karena adanya Lomba menghias dan memperindah Kolom masing-masing dengan berbagai macam kreatifitas Lampion dan lampu-lampu hias lainnya. Ujungnya pada beberapa waktu lalu Jemaat GMIM Sion Suluun lewat Panitia Paskah Remaja sukses melaksanakan Lomba Lampion Paskah pada 15 Kolom yang ada di Wilayah Suluun Satu dan Suluun Tiga, Juri kali ini dibuat bingung karena hampir semua kolom menunjukkan kreatifitasnya dalam memperindah dan mempercantik Lingkungan Kolom dengan hiasan Lampion dan lampu-lampu hias dalam berbagai bentuk, ada yang dibukit-bukit ada juga yang ditaman, jadi tidak heran jika Juri dibuat jemaat berpikir baik-baik dan penuh hikmat agar supaya dapat memilih Kolom yang benar-benar bagus kreatifitasnya. Kegiatan Lomba ini juga dilanjutkan dengan Lomba Pawai Paskah yang dilaksanakan kemarin malam tanggal 06 April 2010 yang mengambil Start di Sekitaran Bukit Doa Toleina Sion di Wilayah Suluun Tiga dan Finish di depan Gereja GMIM Sion Suluun, sungguh sebuah pemandangan yang sangat menarik kala Kolom-Kolom menunjukkan bentuk-bentuk Lampion dari berbagai bentuk, ada yang berupa Perahu, Salib, Kotak-Kotak, Mobil-mobilan kecil, dan yang seru ada yang membuat Pesawat terbang, dan kesemua itu terbuat dari Bulu (Bambu) dan juga Papan, Triplex. Semua Kolom ambil bagian dan menunjukkan kreatifitasnya, lagi-lagi juri dibuat bingung memilih siapa Kolom yang paling bagus kreasinya karena semua Kolom tampil sangat bagus. Dan ini merupakan Paskah yang paling ramai dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selamat Paskah !!! Ketua Panitia Paskah Remaja 2010 : Pemuda Kerly Tengor.
Sedikit kearah Barat, ada Jemaat GMIM Syaloom Suluun pada besok hari akan melaksanakan kegiatan Lomba Lampion Paskah, jadi hari ini diberikan kesempatan terakhir bagi setiap Kolom agar lebih memperindah Lingkungan Kolom masing-masing, pastinya tidak kalah seru dengan apa yang dilaksanakan oleh Panitia Paskah Remaja GMIM Sion Suluun. Penulis yakin Lomba Lampion di GMIM Syaloom Suluun yang berjumlahkan 16 Kolom akan berlangsung rame (ramai) karena melihat-lihat pemandangan malam yang sangat menakjubkan. Dipinggiran jalan berdiri lampion-lampion yang juga terbuat dari Bulu yang dihiasi dengan Lampu Botol (Minyak Tanah) dan Lampu Hias (Listrik), pasti Panitia yang menjadi pelaksana yakni Komisi Pria Kaum Bapa akan sangat bingung mencari Kolom mana yang paling bagus kreasinya. semoga saja Lomba besok hari akan berjalan dengan baik dan lancar serta memohon kepada Tuhan Yesus agar diberi cuaca yang bersahabat agar lancarnya kegiatan lomba ini.
Dibalik semua ini, penulis hanya berharap agar supaya Lomba Lampion Paskah ini dapat memberikan hikmah dan tidak ada kolom yang merasa dirugikan karena semua ini kita lakukan hanya untuk memeriahkan Paskah Yesus Kristus sebagai hari kemenangan iman bagi semua orang percaya dimuka bumi ini, dan kiranya Tuhan akan memberikan hikmat kepada Juri dan Panitia Pelaksana agar siapa yang benar-benar Juara itu merupakan yang terbaik dan bukan berarti tidak bagus tapi belum lengkap (katakanlah demikian). Tuhan pasti melihat apa yang telah kita lakukan dan perbuat dalam rangka merayakan Paskah Yesus Kristus tahun 2010 ini.
Selamat merayakan PASKAH... Yesus Kristus sudah bangkit mengalahkan maut... Haleluyah...

Chaztomero Computer


Chaztomero Computer terletak di Jalan Raya Suluun Dua tepatnya Jaga Dua, kompleks Mata Air Tewasen. Chaztomero computer saat ini melayani Jenis-jenis Pengetikan Komputer, mulai dari Pengetikan Dokumen atau Surat-Surat, Pembuatan Undangan, Stiker-stiker, dan lain-lain. Chaztomero komputer juga melayani Cetak Foto Digital dengan ukuran Close up, 4 R, 5 R, 10 R, serta juga melayani Pembuatan Pas Foto express... Silakan Kunjungi Chaztomero Computer dijamin hasilnya memuaskan dan harganya Pas banget... !!!

Senin, 05 April 2010

Suluun The Best

Suluun sekarang masih memiliki banyak sekali tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dulu, mulai dari Bahasa, Adat istiadat dan lain-lain. Tak lama lagi Desa Suluun Raya akan melaksanakan Panen Raya Cengkih yang kiranya dapat membantu masyarakat yang mengalami krisis ekonomi, dan yang menjadi harapan kiranya harga Cengkih nantinya dapat diperhatikan oleh Pemerintah agar supaya rakyat tak dibingungkan dengan harga Cengkih, apa terlebih jika harga Cengkih dibawah standar dan biaya untuk mengongkosi semua lebih besar, mulai dari sewa buruh pekerja, komsumsi, rokok dan lain sebagainya.
Masyarakat juga jangan melupakan Tuhan yang telah memberi berkat bagi kita semua, karena kita semua tahu apa yang ada sekarang didepan mata kita itu semua karena berkat dan anugerah Tuhan, jadi seharusnyalah kita mengembalikan yang terbaik buat Tuhan....
Selamat menikmati anugerah Tuhan...... !!!

Rabu, 31 Maret 2010

Asal Usul Desa "SULUUN" (Part 4)

Era 1970-1990 merupakan era dimana Desa Suluun mengalami berbagai perubahan yang sangat signifikan, ini dibuktikan dengan dimekarkannya Desa Suluun menjadi dua Desa pada tanggal 14 Februari 1978. Dari hasil pemekaran ini dapat diketahui bahwa penduduk desa Suluun semakin hari semakin banyak sehingga mendorong Pemerintah Desa pada waktu itu untuk melakukan Pemekaran Desa.
Desa Suluun sempat terpilih sebagai desa yang bersih dan indah dalam lomba kebersihan tingkat nasional dibawah Hukum Tua Alm. Bpk. B. Lumempow. Akan tetapi setelah itu desa Suluun tidak pernah lagi meraih predikat itu karena berkurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan.

Desa Suluun pada tahun 2001 sempat menikmati hasil bumi berupa Panen Raya Cengkih yang harganya bisa dikatakan lumayan tinggi karena mencapai harga diatas Rp. 80.000, dan itu merupakan harga tertinggi komoditas andalan Sulawesi Utara sepanjang sejarah Panen Cengkih didaerah ini. Tapi seiring berjalannya waktu harga Cengkih semakin hari semakin menurun sampai-sampai harganya ada dikisaran Rp. 20.000. Sungguh mengherankan karena sebagian besar penduduk di Sulawesi Utara apa terlebih desa Suluun hanya bergantung pada tanaman yang satu ini.

Desa Suluun sekarang sudah menjadi empat desa yakni Desa Suluun Satu, Suluun Dua, Suluun Tiga dan Suluun Empat. Dimana pada tanggal 14 Februari 2007 secara resmi Desa Suluun Satu dimekarkan menjadi Desa Suluun Satu dan Suluun Tiga sedangkan Desa Suluun Dua dimerkarkan menjadi Desa Suluun Dua dan Suluun Empat. Pemekaran ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan yang ada dalam rangka menjadikan Suluun sebagai Kecamatan baru hasil pemekaran Kecamatan Tareran. Adapun desa-desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Suluun Tareran ini adalah Desa Suluun 1, 2, 3, 4, Desa Pinapalangkow, Desa Talaitad dan Desa Kapoya.

Desa Suluun berada pada ketinggian ± 5 km diatas permukaan laut, dan memiliki pemandangan yang sangat indah yang dapat menjangkau panorama alam sekitar baik Gunung Soputan, Bukit Kasih Kanonang, Gunung Lokon di Tomohon, Manado Tua (Bunaken), Teluk Amurang, dan lain-lain. Secara otonomi desa Suluun terdiri dari 4 desa dan menjadi pusat Kecamatan Suluun Tareran (SULTA) yang ada di Wilayah Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Minahasa. Jarak yang bisa ditempuh dari Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan yakni Kota Amurang ke Desa Suluun ± 25 km dengan waktu kurang dari 1 jam perjalanan. Desa Suluun memiliki 5 Jaga (Lingkungan) di masing-masing desa dengan jumlah penduduk ± 5.000 jiwa. Sebagian besar penduduk Desa Suluun berprofesi sebagai petani yakni ± 80 %, PNS ± 10 %, lain-lain ± 10 %. Hasil komoditi Suluun selain Cengkih, juga ada Kelapa, Pala, Vanilli, serta berbagai jenis rempah-rempah yang bisa ditanam. Desa Suluun juga bersyukur karena tidak pernah merasa kekeringan total, karena Desa Suluun boleh dikatakan ada ditengah-tengah mata air yang melingkari desa, tetapi juga banyak Sumur yang ada ditengah pemukiman masyarakat. Desa Suluun juga bisa dikatakan sebagai Kota Kecil di tengah hutan karena melihat struktur Pemerintahan dan infrastruktur yang ada sangat memungkinkan, sarana prasarana cukup lengkap mulai dari Jalan alternatif 5 arah yakni SULUUN-Pinapalangkow-Kapoya-Pinamorongan, SULUUN-Lelema, SULUUN-Tangkuney, SULUUN-Timbukar-Tincep (Sonder-Minahasa), SULUUN-Talaitad-Lapi (Kecamatan Tareran), kemudian Gedung Balai Desa di dua desa, Gedung Puskesmas di Suluun Empat, Pasar Desa di Suluun Empat, Kantor Camat di Suluun Empat, Kantor BPP di Suluun Tiga, Lapangan Merdeka di Suluun Tiga (tempat diadakan upacara bendera), Lapangan Motocross di Suluun Empat, SD GMIM yang ada di desa Suluun Dua dan Tiga, SDGP di Suluun Empat, SD Inpres di Suluun Tiga, SMP di Suluun Dua, SMA Kristen di Suluun Tiga, SMK Negeri 1 di Suluun Satu, serta 2 buah Taman Kanak-kanak masing-masing di Suluun Empat dan Suluun Tiga, serta Gedung tempat Ibadah. Penduduk desa Suluun 99,99 % adalah penganut agama Kristen yang terbagi dalam 5 golongan gereja yang ada, mulai dari GMIM, GPdI, Pentakosta, Advent dan KGPM. Sampai sekarang Desa Suluun bisa dikatakan sukses karena dukungan dari orang-orang Suluun yang telah bekerja sekian lama (merantau), bahkan sudah ada yang pernah menjadi Gubernur Sulawesi Utara yakni Alm. Bpk. A.J. Sondakh yang lahir di Suluun, adapula yang telah menduduki kursi DPRD baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, tercatat mereka yang masih duduk sebagai anggota DPRD adalah Bpk. Jonny Sumual, Bpk. Jhonny R.M. Sumual, SE. SH, Bpk. Jefferson Runtuwene dan lain-lain yang belum sempat diketahui. Juga ada yang menduduki jabatan sebagai kepala/pimpinan instansi milik pemerintah. Semoga mereka-mereka ini dapat mensejahterakan rakyat, khususnya desa Suluun.

Hukum Tua Desa Suluun sekarang ialah :

Suluun Satu Bpk. ELISA P. REGAR, MA

Suluun Dua Bpk. AUDY J. LONDO

Suluun Tiga Bpk. NOUDY N. RUNTUWENE

Suluun Empat Bpk. Drs. JERRY TENGOR

Sedangkan Kepala Pemerintahan Kecamatan Suluun Tareran ialah Bpk. RUDDY J. TUAR, S.Sos yang merupakan orang asli Desa Suluun.

Itulah sekilas tentang Asal-usul dan perkembangan Desa Suluun, semoga ini boleh dibaca oleh siapa pun yang berminat dan kiranya dapat member pelajaran bagi anak-anak muda di Desa Suluun.

Kirimkan komentar anda dengan mengklik komentar dibagian bawah entri ini.

Terima kasih… Pakatuan wo pakalowiren cita im baya…

Selasa, 30 Maret 2010

Asal Usul Desa "SULUUN" (Part 3)

Seiring berjalannya waktu, Suluun mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga pada tanggal 14 Februari 1978 Desa Suluun resmi dibagi menjadi dua Desa yaitu SULUUN SATU dibagian Timur dan SULUUN DUA dibagian Barat, Hukum Tua Suluun pada waktu itu ialah Alm. Bpk. B. Lumempow yang dikenal sebagai Hukum Tua yang memiliki Jiwa Kepemimpinan yang sangat bagus, karena melihat banyak sekali pembangunan yang sempat dibuat oleh Almarhum sewaktu menjabat Hukum Tua Suluun pada waktu itu. Suluun sendiri sejak dimekarkan pada tanggal 14 Februari 1978, walaupun telah terpisah tetapi Suluun dapat mendirikan dua bangunan Balai Desa yang konon merupakan Bangunan Balai Desa terbesar di Indonesia pada waktu itu dan sampai sekarang ke dua Balai Desa itu masih berdiri megah ditengah-tengah desa Suluun. Ke dua Gedung ini sendiri sering digunakan pemerintah dan masyarakat untuk dilaksanakan berbagai macam acara-acara penting. Dan menurut cerita orang tua doeloe-doeloe pembangunan Gedung Balai Desa ini merupakan Swadaya Masyarakat karena Desa Suluun pada waktu itu diberkati Tuhan dengan hasil bumi berupa Cengkih yang melimpah sehingga Desa Suluun merupakan Desa yang memiliki Pendapatan Perkapita tertinggi se Indonesia dan tak heran jika Desa Suluun dikenal banyak orang, karena banyaknya orang pendatang yang mencari pekerjaan jika datang Musim Panen Raya Cengkih.

WARISAN BUDAYA

Desa Suluun juga memiliki warisan budaya berupaTarian Maengket yang dinamakan Tarian Maengket PISOK dan TUMETEMBO. PISOK adalah Tarian Maengket Desa Suluun Satu sedangkan TUMETEMBO adalah Tarian Maengket Desa Suluun Dua, dan sampai saat ini kedua Tarian Maengket ini masih sering dimainkan terlebih jika ada acara penting atau kunjungan dari Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten. Sayang kedua Tarian ini mungkin tak akan dilestarikan melihat animo anak-anak muda yang jarang/tidak mau bermain Tarian Maengket ini, yang konon merupakan ucapan syukur orang tua doeloe-doeloe pada Tuhan atas berkat-berkat yang diberikan kepada kita. Oleh karena itu diharapkan kepada Pemerintah Desa agar melestarikan warisan budaya ini dengan memberi dukungan dan motivasi kepada anak-anak muda agar warisan budaya ini tidak hilang dimata masyarakat. Warisan budaya yang diturun temurunkan ialah kegiatan kerja bakti, gotong royong dalam pembangunan, dan lain-lain.

(bersambung)
Selanjutnya akan diberitakan tentang keadaan Desa Suluun masa kini.... tunggu yah !!!

Senin, 29 Maret 2010

Asal Usul Desa "SULUUN" (Part 2)

Suluun juga didirikan dengan mendengar tanda atau bunyi dari Burung Hantu pada saat terjadinya Bulan Purnama.
Seiring berjalannya waktu, penduduk Suluun semakin hari semakin banyak, dan menurut sejarah atau cerita turun temurun dari nenek moyang desa Suluun bahwa yang menjadi Kepala Desa/Walak pertama kali ialah To'naas Mononutu. Sedangkan kapan tanggal berdirinya Desa Suluun sampai saat ini tidak ada seorang pun yang tahu pasti, karena Suluun belum ada sebelum kedatangan ketiga To'naas tersebut. Orang menganggap Suluun tidak ada Penduduk asli, disebabkan Suluun diliputi oleh pendatang (orang yang berburu kemudian langsung tinggal dan akhirnya menetap ditempat itu). Jadi tidak diketahui kapan waktu Suluun didirikan.
Menurut cerita juga, Suluun didirikan sekitar tahun 1700-an, jadi kalau dihitung-hitung Suluun sudah berumur 300-an lebih, dibandingkan dengan desa-desa sekitar Suluun adalah desa yang paling muda.
Bahasa yang digunakan pada waktu itu ialah bahasa daerah yakni bahasa Tountemboan yang sampai saat ini masih sering digunakan karena merupakan budaya orang Minahasa. Sampai-sampai sejak Injil/agama Kristen masuk tanah Suluun pada tanggal 30 Juni 1841, penginjil sangat kesulitan mengartikan bahasa yang digunakan masyarakat Suluun pada waktu itu.


Minggu, 28 Maret 2010

Asal Usul Desa "SULUUN"

Asal usul Desa "SULUUN" sebenarnya tidak ada seorang pun yang tahu pasti kapan dan bagaimana sebenarnya Desa Suluun berdiri. Terjadi berbagai perbedaan pendapat, tetapi yang pasti ada beberapa hal yang bisa ditarik kesimpulan dan menjadi bayangan terbentuknya Desa Suluun.
Desa Suluun mungkin Desa yang paling mudah atau Desa yang terakhir berdiri setelah desa-desa sekitar seperti Pinapalangkow, Kapoya, Pinamorongan, Talaitad, Tangkuney, dan lain-lain yang berdekatan dengan desa Suluun.
Suluun diambil dari kata "Suluh" dan "Un", yang berarti Suluh = Serap dan Un = Terang. Jadi disatukan menjadi "SULU'UN" yang artinya "Cahaya Yang Terang" karena menurut Mitos Suluun didirikan tepat pada Bulan Purnama yang memang kondisinya sangat terang, tetapi Jam tidak sempat diketahui pasti.
Menurut cerita orang doeloe-doeloe, yang pertama datang di Suluun waktu itu mereka berjumlah 3 orang yakni Tona'as Koyansow, Tona'as Mononutu dan Tona'as Palar. Dan maksud kedatangan mereka sebenarnya hanya untuk berburu dan bercocok tanam, tetapi karena melihat keadaan atau kondisi yang mereka tempati sangat bagus untuk didirikan pemukiman, maka mereka sepakat untuk membentuk pemukiman dengan mendirikan tempat berteduh yang dinamakan Walak.
Kemudian, naiklah penduduk yang bermukim di Pinapalangkow dengan maksud untuk berburu Binatang Hutan untuk dijadikan makanan, konon waktu itu disekitar desa Suluun masih terdapat/banyak berkeliaran Binatang-binatang hutan. Dan setelah mereka melihat sudah ada pemukiman yang didirikan maka mereka akhirnya menetap dan tinggal dipemukiman yang didirikan oleh orang-orang yang pertama kali datang di Suluun.
(Bersambung)

Written by : Trian

Senin, 08 Maret 2010

Sejarah Gereja Masehi Injili di Minahasa

Masuknya Bangsa Portugis di Minahasa


1. LATAR BELAK
ANG

Pada abad ke XIV orang Portugis sudah mulai menjelajahi perairan India sampai ke Asia Kecil. Apa yang mendorong mereka sehingga begitu tekat meninggalkan tanah air dan menjelajahi lautan yang jauh. Dibawah ini dapat dicatat ada beberapa peristiwa Perang Salib di Eropa dan Asia Kecil. Tahun 1070 sampai dengan tahun 1921 banyak orang-orang beragama Roma Katolik menjadi korban. (Perang Salib = Sejarah Gereja Hal. 82 : ada 6 x perang Salib).
Pertikaian antara pemimpin gereja dan negara di eropa yang pada tahun 1309 Kaisar Perancis seolah-olah mau menguasai Paus, yang disusul oleh raja-raja Jerman tahun 1312. Perbedaan pendapat dalam aturan-aturan gereja sehingga muncul surat protes dari Dr. Marthen Luther pada tahun 1517 (31 Oktober 1517, 95 dalil ditempelkan di pintu gereja Istana di Witenberg tentang Penghapusan Siksa) yang mengakibatkan pertikaian dalam gereja berlangsung terus menerus sehingga beberapa pemimpin negara mencampuri akan hal itu.
Perang di Spanyol selama 80 tahun ( 1568 – 1648 )
Perang di Jerman dan Austria ( 1618 – 1648 )
Ini semuanya menggambarkan situasi di Eropa yang tidak tentram. Namun dipihak lain dapat dilihat kehendak Tuhan Allah melalui bangsa-bangsa di Eropa yaitu banyak yang meninggalkan negaranya, mula-mula dari bangsa Portugis dan Spanyol, kemudian disusul oleh bangsa-bangsa lain untuk menginjili bangsa-bangsa kafir. Yang terkenal sebagai bangsa yang bertekad mengusahakan pelayaran-pelayaran kolonisasi dan perdagangan adalah Portugis dan Spanyol. Akan tetapi demi menjaga hubungan baik antara kedua bangsa ini maka oleh Paus Alexander VI dari Belgia pada tahun 1493 telah mengatur pembagian wilayah operasi dari kedua negara tersebut, yakni disebelah barat samudera Atlantik yaitu seluruh benua Amerika dan sebagian Pasifik menjadi wilayah dari Spanyol dan bagian Timur sampai Timur Jauh adalah wilayah Portugis. (baca : sejarah Gereja Dr. Enklaar; Hal. 231). Namun pada perang 80 tahun itu, negara Portugis di Eropa pada tahun 1580 masuk jajahan Spanyol, sehingga bangsa Spanyol banyak memasuki wilayah-wilayah Portugis termasuk di Indonesia. Peristiwa pertikaian di Eropa yang menimbulkan kolonisasi dan perpindahan penduduk adalah merupakan suatu jalan Tuhan, yang berada di Timur Jauh dan Wilayah-wilayah lain. Dan suatu berkat besar dengan ditemukannya benua Amerika pada tahun 1492 oleh Colombus disusul oleh bangsa Inggris dan bangsa-bangsa Eropa lainnya datang menduduki benua Amerika yang dalamnya Injil Yesus Kristus disebarkan. Ini semua yang melatar belakangi sehingga orang-orang Portugis dan Spanyol tiba didaerah Minahasa sambil membawa panji Kristus sampai kepenjuru dunia. “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan diseluruh dunia, menjadi kesaksian bagi semua orang.


2. MISI PORTUGIS DAN SPANYOL

Peristiwa-peristiwa perang yang silih berganti di Eropa, mendorong orang-orang Portugis sudah tiba diperairan Asia Tenggara melalui India, dan sudah sempat masuk dataran Tiongkok dan Mongolia. Pada tahun 1498 Vasco da Gama tiba di pantai India. Dan satu rombongan kapal Portugis menuju ke Ternate dan pernah singgah di Manado. Mereka tiba di Maluku pada tahun 1512 dan sudah menetap di Ternate, Ambon dan Banda. (tahun 1522 menetap; sejarah Gereja Hal. 235). Dari sana mereka banyak mengunjungi pulau-pulau sekitar termasuk Sangir, Manado Tua dan Minahasa. Misionaris yang pertama kali menginjak pulau Maluku adalah rahib-rahib Franciscan yang tiba pada tahun 1522. Karena sesuatu pertikaian mereka pindah ke Halmahera pada tahun 1534 dan menetap disana. Pada tahun 1536 seorang partner Franciscan yang bernama Simon Vas, mati dibunuh di Maluku dan ialah sahid pertama. Tahun 1542 mereka datang di Manado membabtis Raja Manado Tua dan 1500 orang lainnya dibabtis pada tahun 1563. Inilah yang menjadi suatu PERINGATAN INJIL MASUK DI MINAHASA. Oleh misionaris-misionaris dari Portugis. Tetapi pada tahun 1570 (utusan dalam MISL (Pekabaran Injil)) orang-orang Spanyol mendatangi daerah ini dengan satu armada. Tahun 1506 mereka menaklukkan Ternate. Dibawah pimpinan Pedro de Acuna, beliau inilah yang mengirim expedisi kedaerah Minahasa pada bulan Agustus 1606 dan yang bersama-sama dengan mereka ada 3 orang raja yakni Tululiu raja Manado, raja Sangir dan seorang raja lain. Mereka telah menjelajahi pesisir tanah Minahasa yakni : Kema, Likupang, Wenang dan Tombariri. Mereka menetap didaerah ini, dan melanjutkan penginjilan menggantikan orang Portugis pada tahun 1619 penguasa Spanyol yaitu Kapten Francisco Malendes, memanggil orang-orang pedalaman Minahasa yang masih kafir dan memberikan hadiah-hadiah juga disamping itu ia menjelaskan tentang kedatangan misi yang membawa kabar selamat bagi semua orang percaya padaNya. Mereka disambut oleh banyak orang Minahasa. Lalu Kapten Malendes bersama 3 orang padre Franciscan (Pdt. Katolik), mengadakan perjalanan kepedalaman, antaranya desa Kali, yang didalamnya ada seorang yang berpengaruh bernama Wungkar. Mereka tinggal di Kali mempelajari Bahasa Daerah. Mereka meneruskan perjalanan ke Kakaskasen, Tomohon dan Saroinsong, kemudian ke Tondano, dan ada 2 orang paderi menetap didesa Kali dan Tomohon, kemudian mengKristenkan orang-orang yang berada disekitarnya. Kedua orang padri ini menetap selama 6 tahun dan mempelajari dengan tekun bahasa setempat untuk memudahkan mereka mengabarkan injil. Mereka disertai oleh orang-orang Spanyol lainnya yang hidup tentram dengan rakyat setempat. Tetapi ada seorang Spanyol yang mengadakan suatu pelanggaran yaitu melarikan seorang gadis dari Kakaskasen sehingga menyebabkan perkelahian besar dan menimbulkan perang yang dikenal dengan Perang Spanyol Minahasa meletus pada tanggal 10 Agustus 1643. Pada waktu itu nama daerah ini adalah Malesung, tetapi karena peristiwa ini semua anak suku Malesung bersatu, oleh karena itu dirubahlah nama menjadi MAESA. Mereka bersatu dari Tombulu, Tonsea, Tolour, Tontemboan untuk menyerang orang Spanyol yang juga dinamakan Tasikela atau orang Kastela.
Daerah Maluku diduduki Belanda pada tahun 1605 dibawah pimpinan Steven van der Gagen. Pada tahun 1654 empat tokoh (Tona’as) Minahasa mengunjungi orang Belanda di Ternate, mereka ialah Supit, Paat, Lontok dan Lontaan dengan maksud meminta bantuan untuk menyerang Spanyol. Pada tahun 1655 Gubernur Belanda di Ternate mendirikan benteng di Wenang (Gubernur Jacob Hustaart), dan Armada Belanda dibawah pimpinan Simon Cos mengalahkan armada Spanyol diteluk Wenang dan mengejar terus sampai ke Amurang. Kemudian pada tahun 1657 orang Spanyol meninggalkan daerah Minahasa dan diganti oleh Kompeni Belanda (VOC). Dengan peristiwa ini maka tugas misi Roma Katolik yang dari Spanyol berakhir dan diganti oleh penginjil-penginjil dari Belanda dengan membawa ajaran Protestan.
Misionaris terkenal dimasa Spanyol adalah paderi Mascarenkas, Scialamante, Cosmas Piato, Gomez, Simi, Bias Palonio, mereka yang mengunjungi Kali, Kakaskasen, Tomohon, Saroinsong, Tondano, Tombariri, Kema. Pada tahun 1619 Fuan Yuan Yerauso yang menetap di Kali dan Tomohon dan diganti oleh paderi Larenzo Caralla sampai meletusnya perang 1643. Karena Perang inilah maka semua Misionaris Spanyol meninggalkan daerah Minahasa, sejak saat itulah umat Roma Katolik tidak ada lagi pelayanan.


ZAMAN VOC DI MINAHASA

Pada tahun 1602 di Belanda telah membentuk suatu badan perhimpunan dagang yang dinamai “Veregnigde Oost Indische Compagnie” dan dipendekkan “VOC” sebutan hari-hari Kompeni Belanda. Pada tahun 1605 VOC sudah berada diperairan Maluku. Dari sana mereka menaklukkan orang Portugis dan Spanyol. Tahun 1655 mereka mulai menetap di Minahasa, dengan mendirikan benteng Wenang yang kemudian dinamakan benteng Manado. Ada undang-undang di Belanda yang berbunyi bahwa pemerintah diwajibkan memelihara gereja yang kudus dan melawan serta memberantas segala agama palsu dan penyembah berhala dan semua antikris, sambil memberitakan Kerajaan Yesus Kristus. Demikian VOC harus melaksanakan ketentuan ini dan membawa panji Protestan melalui pekabaran Injil dimana saja mereka berada. Akan tetapi VOC ini berkedudukan di Belanda dan diatur oleh Badan Pengurus yang terdiri dari 17 orang, sehingga mereka dinamai Tuan XVII. Badan inilah yang mengatur VOC, sampai kepada pemeliharaan rohani, sehingga gereja yang berkeinginan melaksanakan tugas gereja dan penginjilan harus takluk kepada Badan tertinggi, atau mengajukan usulan permohonan kepada badan tersebut.
De Fransicus di Amsterdam mengurus pemeliharaan anak-anak kapal pada pelayaran yang panjang sampai ke Indonesia. Mulai pada tahun 1609 diutuslah Pendeta-Pendeta untuk menjadi pengawas VOC dibawah Gubernur-gubernur Jenderal. Sebagaimana yang lazim pada waktu itu VOClah yang bertanggung jawab atau kemajuan gereja di Indonesia, sampai pada mengusahakan pertobatan orang-orang kafir dan pendidikan anak-anak. Demikianlah panji Protestan Calvinis sudah disebarkan melalui Ambon, Lease Banda, Ternate, Bacan, Manado, Sangir, Solor, Batam, Maluku dan Timor. Karena tidak ada lagi pemeliharaan kepada umat Katolik maka beralih ke Protestan. Saat itu Pendeta masih sangat kurang. Maka VOC telah melantik orang-orang yang disebut “Penghibur orang sakit” dan Guru Katekisasi walaupun pendidikan belum memadai.
Gereja mengusulkan agar ada perbaikan dalam bidang pelayanan, sehingga oleh inisiatif dari Fakultas Theologia Leiden, maka guru besar Wolcus diangkat menjadi pemimpin “Seminarius Indicum” yaitu sekolah Pendeta untuk Indonesia. Tahun 1623-1633 Wolcus melaksanakan tugasnya dengan rajin dan cakap menghasilkan pendeta-pendeta dan menyerahkan 12 pendeta yang baik kepada gereja di Indonesia. Tetapi VOC tidak dapat melanjutkan sekolah ini, dengan alasan biayanya terlalu tinggi. Dengan terhentinya pendidikan Theologia ini berarti menghambat lajunya pekerjaan penginjilan didaerah ini. Walaupun gereja di Belanda sangat memberi perhatian tentang penginjilan ini dan mendesak kepada VOC untuk menyokong usaha ini namun tetap terhambat. Pada tahun 1675 Ds. Montanus mendapati bahwa jemaat-jemaat di Manado sudah sangat lemah, karena tidak ada pelayanan, sehingga banyak cara-cara hidup yang bertentangan dengan ajaran agama Kristen.
Pada tahun 1695 sudah tercatat 2.192 murid sekolah. Di Likupang pada tahun 1771 dikunjungi oleh De Wiltenaar, dan kedapatan disana sudah ada jemaat baru dengan orang dewasa 102 orang dan anak-anak 105 orang.
Demikianlah usaha dan tekad dari VOC menginjil di Indonesia sampai kedaerah-daerah termasuk Minahasa, walaupun banyak juga kelemahan dan kekurangan. Setelah bubarnya VOC pada 31 Desember 1789, maka sejak bubarnya VOC sampai pada tahun 1817 tidak ada lagi pemeliharaan rohani pada jemaat walaupun pada waktu itu sudah diserahkan pada pemerintah Belanda.


3.ZAMAN NEDERLANDSCH ZENDELING GENOOSTCHAP (NZG)DAN PENDIDIKAN

Pada tahun 1797 Th Van der Kemp sudah mendirikan satu badan pekabaran Injil yang dinamai “Nederlandsch Zendeling Genoostchap” (NZG). Setelah bubarnya VOC maka jemaat-jemaat tidak ada lagi pemeliharaan dan pelayanan. Ds. Josep Kam adalah seorang pendeta dari tahun 1770-1853 di Maluku yang kemudian digelar rasul Maluku, mengunjungi Minahasa pada tahun 1817 lalu disusul lagi oleh Ds. Lenting dari Semarang yang membuat perjalanan dinas didaerah ini tahun 1819. Mereka mendapati orang-orang Kristen yang sekian banyak tidak ada pelayanan lagi. Atas usaha dan pembelaan dari kedua Pendeta ini maka mereka menyampaikan permohonan kepada NZG di Belanda; oleh permohonan ini pada tahun 1822 yaitu Zendeling L. Lamores ditempatkan di Kema dan Zendeling W. Muller di tempatkan di Manado. Dalam pelayanan mereka mendapat kesulitan-kesulitan yang didapati mereka teristimewa dari keturunan Eropa sendiri. Zendeling L. Lamores meninggal dunia pada tahun 1824 di Kema dan W. Muller meninggal pada tahun 1827 di Manado. Kemudian diganti oleh Ds. G. J. Helendoorn yang ditempatkan di Manado pada tahun 1827. Beliau mempunyai keyakinan bahwa Minahasa perlu ada penginjilan, sehingga 4 tahun kemudian dikirimlah dua Zendeling yang tiba di Manado pada 12 Juni 1831 yaitu : Penginjil J. F. Riedel dan J. G. Schwars. Penginjil J. F. Riedel ditempatkan di Tondano dan J. G. Schwars ditempatkan di Kakas lalu dipindahkan ke Langowan. Kedua penginjil ini perintis pekabaran Injil. Sejak tahun 1831 N.Z.G. melaksanakan penginjilan di Minahasa secara intensif dan sudah membagi Minahasa ini menjadi 10 resot penginjilan, yakni resot Tomohon, Tondano, Langowan, Amurang, Kumelembuai, Tanawangko, Kema, Talawaan, Sonder, Ratahan. Semua resot ini telah ditempati Zendeling-zendeling yang rata-rata telah bekerja keras menjangkau wilayah-wilayah yang belum Kristen. Sebagian besar Zendeling-zendeling ini telah meninggal didaerah ini.
Selain Zendeling-zendeling yang sudah disebut diatas ada Zendeling-zendeling lain yaitu :
Karel Trougth Herman dari Jerman, ditempatkan di Amurang pada tahun 1836, dan meninggal tahun 1851.
A. T. Mattern tempat di Tomohon pada tahun 1838 dan meninggal di Manado pada tahun 1842
F. Hartig di Kema dan Likupang 1849 meninggal di Kema pada tahun 1854.
N. Ph. Wilken di Tomohon 1842 – 1873
F. H. Linneman di Manado 1846 – 1882
R. Bossert di Tanawangko 1848 – 1854
H. Nooy di Tondano 1850 – 1853
N. Graffland di Sonder 1850 – 1883
S. de Volden Capelen di Rumoong Lansot 1851 – 1856
H. Bocker di Tondano 1854 – 1903
H. J. Tondeloo di Airmadidi 1857 – 1862
A. O. Schaafsma di Langowan 1860 – 1870
J. A. Schwarz di Sonder 1860 – 1903
C. J. v. d. Liefde di Amurang 1851 – 1861
J. N. Wiersma di Ratahan 1863 – 1884
M. o. d. Wal di Talawaan 1864 – 1867
H. Bettihk di Tanawangko 1867 – 1878
J. Louwerier di Tomohon 1867 – 1909
M. Brouwer di Langowan 1870 – 1913
A. de Lange di Tanawangko 1878 – 1880
H. M. Svhippers di Tanawangko 1880 – 1889
J. Boide di Tenga / Kumelembuai 1881 – 1887
J. cem Hore di Maumbi – Tanawangko 1881 – 1889
N. Permeey di 1885 – 1894
H. D. Kruyt di Kuranga 1864 – 1890
E. Tr. G. Graafland di Amurang 1888 – 1932
J. S. de Vales di Ratahan 1888 – 1895
J. H. Hibink Roeker di Kuranga 1890 – 1926
H. J. Moens di Ratahan, Tomohon 1895 – 1876
S. Auisingh di Ratahan 1896 –
Inilah pendeta-pendeta N.Z.G. yang sudah meninggal dunia di Minahasa pada abad ke-XIX yang lalu.


3.2 PENDIDIKAN

N. Graafland di Sonder 1851 telah mendirikan sekolah guru di Sonder yang kemudian dipindahkan ke Tanawangko pada tahun 1854, kemudian dipindahkan lagi ke Tomohon pada tahun 1856 yang dinamakan Normal School (Sekolah Guru). Berkat adanya sekolah guru ini maka sudah banyak membantu anak-anak peri bumi menjadi pendidik yang juga merangkap sebagai penginjil. Sebelum ada sekolah guru, N.Z.G. sudah membuka sekolah-sekolah di beberapa desa semacam sekolah rakyat atau Volk School.
Pada tahun 1845 sudah ada 66 sekolah di Minahasa yang terdiri dari 55 sekolah Zendeling dan 11 sekolah Gubernemen (pemerintah). Disamping itu ada beberapa kebijaksanaan dari pendeta-pendeta yang tempat tinggalnya belum ada anak sekolah, maka mereka memberi kesempatan dan membuka sekolah dirumah yang biasa disebut mamurid (murid Stelsel) ada juga yang menyebut anak piaraan. Melalui sekolah semacam ini banyak menghasilkan tenaga guru pembantu biasa disebut “ondermester dan ada yang menjadi penginjil, ada yang melanjutkan sekolahnya yang lebih tinggi”.
Karena mereka yang mendidik para penginjil dibuka pada tahun 1867 kemudian berkembang dan ditetapkan menjadi Stovil (School tot opleideng voor Inladsche Lecrar) pada tahun 1886. Perlu dicatat disini bahwa dengan dibukanya pendidikan dirumah-rumah pendeta ‘Murid Stelsel’ sudah menghasilkan pendeta pertama di Minahasa, yakni Adrianus Angkow ditahbiskan di Langowan pada tahun 1847 dan Silvanus Item yang ditahbiskan di Tondano pada tahun 1859.
Pada akhir Desember 1898 terdapat 133 sekolah N.Z.G. dengan 8378 murid yaitu 4961 pria dan 3417 wanita dan jumlah jemaat sudah 200 lebih jemaat. Statistik permulaan abad 20 menunjukkan jumlah penduduk sebanyak 154.817 orang Kristen, sedangkan Islam 7023 orang dan 8371 adalah orang kafir.
Dengan meluasnya jumlah sekolah dan jemaa-jemaat maka pada tahun 1882 N.Z.G. di beberapa desa didirikan sekolah sambungan (Vervolgschool).
(dikutip dari beberapa sumber)

Writen by : Ridho